Kamis, 17 Mei 2012

Waktu dan jam Tangan

Selama di Eropa, saya berkeliling 6 negara : Jerman, Belgia, Belanda, Perancis, Swedia dan Italia dengan menggunakan satu bus dan juga satu sopir. Sopir kami bernama Luther Mateus, persis dengan nama pemain bola nasional Jerman. Kebetulan dia memang penduduk asli Jerman. Perawakannya tinggi besar. Luther sangat komunikatif, juga humoris bahkan kadang terkesan konyol. Suatu saat tiba - tiba dari belakang sopir bus dengan berat badan 160kg ini mengangkat rekan saya, mas Tauhid General Manager Kendari Pos, seperti mengangkat bayi. Tentu saja kami tertawa terpingkal-pingkal melihat kejadian lucu ini. Seakan kita sedang melihat raksasa yang menjinjing korbannya yang akan disantap untuk makan malamnya. Usia sopir ini 49 tahun, namun mungkin karena jiwa humorisnya inilah yang kemudian membuat Bapak dari 5 anak dan kakek dari 3 cucu ini tampak lebih muda dari usianya. Dan di balik jiwa humoris yang kadang terasa konyol, ternyata sopir ini mempunyai banyak hal yang menginspirasi saya. Perjalanan kami dari negara ke negara adalah perjalanan darat yang cukup panjang. Salah satunya perjalanan dari Amsterdam ke Paris yang membutuhkan waktu tujuh jam lamanya. Perjalanan yang secara teoritis membutuhkan waktu 7 jam ini sering kali harus molor. Hal ini disebabkan aturan pemerintah Jerman yang memberikan waktu maksimal untuk menyetir bus hanya 2 jam. Tak satu pun sopir Jerman yang berani melanggarnya. Maka setiap dua jam kami harus istirahat 5-15 menit. Pada saat istirahat itu saya sering berdialog dengannya tentang berbagai hal. Salah satunya adalah tentang penghargaan kita pada waktu. Tiap menit bagi orang Jerman sangatlah berharga, karena setiap saat bagi mereka harus dimanfaatkan untuk menghasilkan sesuatu. Kondisi alam yang hanya memberikan waktu yang benar-benar produktif di tiga per empat tahun membuat mereka berpacu agar tetap terus bertahan. Mereka tidak boleh bermalas malasan agar tetap bisa terus hidup. Petani harus mengatur waktunya sebaik mungkin, kapan tanam dan kapan panen. Telat sedikit maka akan kehilangan waktu dan hasil panen tidak maksimal, atau bahkan gagal. Pekerja dan para pelajar harus memanfaatkan waktunya sebaik mungkin, karena pada saat musim salju tiba sangat mungkin kondisi alam memburuk dan otoritas kota akan mengumumkan larangan beraktifitas ke luar rumah. Ada hal yang sangat menarik dan mungkin tidak akan saya lupakan sepanjang hidup saya. Saat kami berada di Swiss rombongan kami diberi kesempatan untuk keluar berbelanja jam tangan yang memang menjadi produk andalan Swiss. Berbagai merk ternama seperti Swatch dan Rolex diproduksi di Swiss dengan harga bisa mencapai satu milyar jika dikurskan di rupiah. Semua terkesima dengan desain dan bahan jam tangan yang begitu mewahnya. Ada yang berlapis emas, perak dan bertabur intan berlian. Ketika kami sedang begitu antusias untuk memilih - milih jam tangan untuk oleh-oleh keluarga di tanah air, Luther si sopir Jerman ini tersenyum sambil berbisik kepada saya dengan bahasa Inggris yang sedikit terbata-bata,"Sebenarnya yang lebih penting adalah bagaimana kalian bisa menghargai waktu, bukan menghargai jam tangan !"

2 komentar:

  1. good good om... coba kalo blognya di kasih ornamen.dibikin buku om ^^
    kunjungi blog aga ya? http://agablackjack.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Belum sempat belajar... Ajari dong...

    BalasHapus