Senin, 30 Juli 2012

Muhammad Sang Entrepreneur

Pada saat saya masih di bangku Sekolah Dasar, saya mendapatkan pelajaran agama yang mengajarkan sejarah Nabi kita Muhammad SAW. Sangat jelas dalam ingatan saya bahwa saat itu kami belajar tentang perjalanan hidup Nabi sejak masih dalam kandungan hingga dewasa. Dajarkan kepada kami bahwa perjalanan hidup Beliau sangatlah sengsara dan susah. Ayahnya yang bernama Abdullah meninggal sebelum Nabi lahir. Sang ibu bernama Siti Aminah yang juga meninggal saat beliau berusia enam tahun. Disusul dengan Kakeknya tercinta yang juga meninggal dunia yang kemudian menjadikan beliau sebagai anak asuhan pamannya yang beranak banyak. Dan sekian banyak cerita sedih dan susah lainnya yang membuat perasaan iba. Apalagi dengan sedikit bumbu cerita ini jadi semakin menyayat hati saya saat itu. Saat saya memasuki masa pendidikan di SMP dan SMA pun cerita yang saya dapat tidak jauh berbeda. Sosok Muhammad kecil hingga dewasa terus mendapatkan ujian hidup. Beliau harus bersusah payah menjadi 'pembantu' seorang saudagar janda yang kemudian menjadi istri Beliau. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, maka Muhammad harus menempuh perjalanan jauh ke negeri Syam dengan kondisi alam yang begitu ekstrim dan memakan waktu berbulan - bulan karena menggunakan alat transportasi yang seadanya. Perjuangan dan kegigihan hidup Rasulullah tersaji dalam suasana yang susah, sedih dan penuh dengan beratnya beban hidup. Semua cerita itu terkemas dalam otak saya, dalam bingkai kesengsaraan dan penderitaan. Memang semua cerita itu benar adanya. Namun tentunya jika hanya cerita-cerita itu saja yang terus disampaikan, maka akan terbentuk kesan bahwa seakan Rasulullah tauladan kita ini diutus Allah hanya untuk memberikan contoh hidup sedih, sengsara penuh penderitaan. Sangat jarang, bahkan mungkin tidak pernah diajarkan kepada kita bahwa Rasulullah dalam pernikahannya dengan Khadijah telah memberikan mahar berupa seratus ekor unta. Jika dinilaikan dalam mata uang Rupiah sekarang mungkin sudah Miliaran Rupiah. Kita tidak pernah diajarkan bahwa saat Rasulullah bernegoisasi selalu mengenakan baju kebesarannya dan menunggang kuda putih sebagai simbol kendaraan terbaik di masa itu. Muhammad bin Abdullah telah mendapatkan pengajaran dan penggemblengan langsung dari Allah SWT untuk menjadi manusia yang paripurna (Insan Kamil). Apa yang terjadi pada kehidupannya adalah sebuah proses kehidupan bikinan Sang Khaliq yang penuh dengan hikmah dan keteladanan. Pada usia 12 tahun , Muhammad mulai melewati tahap pemagangan. Beliau ikut pamannya, Abu Thalib, untuk berdagang ke negeri Syam (Syiria). Perjalanan perdagangan ke negeri Syam ini harus melewati daerah Madyan, Wadil Qura, serta peninggalan bangunan-bangunan kaum Tsamud lengkap dengan sejarahnya. Di sana beliau juga telah mendengar cerita tentang bangsa Romawi. Dalam tahap ini Muhammad kecil telah terasah wawasannya. Perjalanan perdagangan yang melewati medan yang berat ini juga memberi pelajaran kepadanya belajar bagaimana budaya perusahaan : kerja keras dan pantang menyerah. Setelah merasa mampu untuk mandiri, Muhammad mencoba bekerja sendiri sebagai penggembala kambing milik penduduk Mekah dan menerima upah atas jasanya itu. Dari penggembala kambing ini beliau telah mendapatkan pelajaran kehidupan untuk menjadi seorang leader dan entrepreneur. Di sana terdapat konsep-konsep Pathfinding (pencarian : mencari lahan subur), directing (mengarahkan : menggiring ternak ke lahan yang subur), controlling (pengawasan : mengawasi agar gembala tidak tersesat), protecting (melindungi : melindungi dari pencuri dan hewanpemangsa), reflecting (perenungan : memahami hubungan alam, manusia dan Tuhan). Hingga saat menginjak dewasa, Muhammad memutuskan untuk beralih kepada bidang perdagangan. Awalnya beliau memulainya dengan berdagang kecil-kecilan di kota Mekah. Beliau beli barang dari suatu pasar, lalu menjualnya ke orang - orang. Dengan tempaan kehidupan masa kecil, Muhammad tumbuh dan berkembang menjadi seorang entrepreneur handal. Sifat kejujuran, kedisiplinan, teguh memegang janji dan pantang menyerah membuat usahanya maju pesat. Muhammad menjadi orang terpercaya untuk mengelola dana dari para investor serta anak - anak yatim yang belum dapat menjalankan sendiri harta warisan orang tuanya. Salah satu investor adalah seorang janda kaya bernama Khadijah yang kemudian jadi istri beliau. Dengan sikap-sikap profesionalnya, Muhammad muda telah mampu mengembangkan area bisnisnya. Dalam catatan sejarah, beliau telah empat kali memimpin ekspedisi dagang ke Syam dan Jerash di Yordania. Wilayah perdagangan yang dikunjungi meliputi Yaman, Syam, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota - kota jazirah Arab lainnya. Pada usia tidak lebih dari 25 tahun beliau telah menjadi pebisnis multi nasional, lintas negara. Menurut suatu riwayat, sebelum menikah, beliau pernah menjadi manajer perdagangan Khadijah di pusat perdagangan Yaman. Saat berdagang di daerah Busra, beliau memperoleh keuntungan dua kali lipat dibandingkan dengan para pedagang lainnya. Hal ini yang menyebabkan akhirnya Khadijah membagikan keuntungannya lebih dari lainnya. Dengan area bisnis Rasulullah saat itu saja jelas terlihat bahwa beliau adalah seorang entrepreneur handal, seorang pengusaha gigih yang sukses, penuh antusiasme dan semangat, jauh dari kesan sosok yang penuh dengan kesedihan dan nestapa. Gemblengan hidup di masa kecil yang sangat keras, bukanlah kisah yang harus dihadirkan sebagai sisi negatif yang hanya memberikan kesan melankolis dan penuh ratapan tangis. Gemblengan hidup yang keras justru memberikan energi positif yang akan menyalakan api semangat untuk bangkit menjadi sosok yang mandiri, terhormat dan sukses luar biasa. Kesuksesan beliau inilah yang kemudian memberikan kemampuan beliau untuk memberikan mahar Khadijah berupa seratus ekor unta. Dengan harga unta sekitar 12 jutaan, maka mahar Rasulullah kepada Khadijah saat itu senilai 1,2 MIlliar Rupiah ! Adakah ibu-ibu dan para pembaca wanita setia Radar yang mendapatkan mahar sebesar maharnya Muhammad Sang Entrepreneur ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar