Rabu, 04 April 2012

Elegi Toilet Pagi Hari

Dalam suatu kesempatan, saya singgah di rumah seorang rekan saya di Surabaya. Saya bersama bdberapa rekan berniat untuk 'terbang' ke Jakarta dalam rangka menghadiri suatu acara. Kami telah sampai di Surabaya sejak jam 02.00WIB, sedangkan jadwal penerbangan kami adalah jam 10.00WIB.

Singkat cerita, kami masih mempunyai waktu cukup untuk beristirahat sebentar di rumah rekan kami tersebut. Dari sekian kamar, saya mendapat jatah satu kamar dengan sahabat saya, Agus Susanto seorang pengusaha Alat Musik yang juga lulusan sekolah Theologi.

Seperti biasa, kami selalu berbicara 'ngalor-ngidul' berdiskusi tentang segala hal. Niat awal mau istirahat jadi gagal total karena kami diskusi sampai saat Adzan Subuh tiba.
Saat subuh saya tunaikan shalat, rekan saya sekamar itu di toilet untuk buang hajat sekaligus mandi pagi. Sejak saya belum subuhan, rekan saya itu sudah masuk toilet. Namun entah mengapa dia sangat 'betah' berlama-lama di toilet itu. Sampai saya selesai shalat subuh ternyata dia masih 'sibuk' di toilet. Hari semakin terang, dan saya yang menunggu giliran ke toilet juga semakin tidak sabar 'menanti saatnya tiba', dapat giliran masuk toilet.

Hingga akhirnya rekan saya keluar dari toilet setelah berlama-lama di dalam toilet. Kata-kata yang keluar saat keluar dari toilet adalah "WC-nya rusak!".
Saat itu saya tidak begitu hiraukan, karena dalam pikiran saya adalah harus secepatnya masuk toilet!

Sesampai di toilet, saya memang lihat kerusakan di unit penyiraman. Melihat seperti itu, segera saya cari cara untuk membenahinya. Saya atur baut pelampung, dan akhirnya bisa normal kembali. Tidak ada 5 menit saya sudah selesai benahi system penyiraman WC itu.

Karena saya berhasil segera perbaiki toilet, maka segera saya bisa mandi. Jika rekan saya tadi mungkin ada satu jam di dalam toilet, maka saya hanya butuh waktu tidak lebih dari 20 menit!

Begitu saya keluar dari toilet, rekan saya langsung menyampaikan pertanyaan,"Kok cepat? Bukannya WCnya rusak??"
Dengan bangga saya jawab,"Itulah bedanya antara sarjana Teknik dan sarjana Theologi!"
"Kalo sarjana teknik, lihat sesuatu rusak langsung turun TANGANI perbaikan. Beda dengan sarjana Theologi. Jika ada yang rusak, maka yang bisa dilakukan sarjana Theologi hanyalah BERDOA saja agar yang rusak segera baik!"

Mendengar kritikan saya itu, rekan saya yang lulusan Theologi itu pun hanya bisa tertawa terbahak-bahak (menertawakan diri sendiri kali ya....??). Dan saya pun merasa bangga, 'menang' satu set dengan rekan saya itu. Saat keluar kamar, saya ceritakan kejadian pagi itu kepada rekan yang lain. Awalnya rekan-rekan saya tertawa mendengar cerita itu. Namun salah satu dari rekan kami menyampaikan pendapatnya kepada saya,"Hai mas Taufik, jangan puas diri dulu, jangan sombong dulu.... Yang membuat toilet itu akhirnya berfungsi dengan baik bukanlah sampean saja! Karena pada dasarnya apa yang telah terjadi itu adalah hasil dari doa teman sekamarmu itu. Karena ada temanmulah, akhirnya Tuhan mengutus sarjana teknik sepertimu untuk memperbaiki toilet!!"

Hehehe.... mungkin juga ya?


Surabaya, 8 Feb 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar